Thursday, November 15, 2012

Kalimah Dzikr

The third kalimah has a unique and very interesting story behind it.

It all started before Allah Ta'alah created Adam A.S. The Angels were trying to move the Arsh (Throne) of Allah Ta'alah but it was too heavy and wouldn't budge.


So they asked Almighty Allah for help. Allah told them to recite "Subhanallah." The Angels did as they were told and found that it gave them power
and strength and they were able to move
the Arsh. They liked this so much that they began constantly hymning,

"SubhanAllah."- (Glory be to Allah)

Then Allah created Adam A.S. When Allah blew life into Adam, the first thing he did was sneeze and say

"Alhamdulillah" (All parise be to Allah)

The angels liked this act so much that they added this to their praise and glorification of Allah. Thus the kalimah became:

"Subhanallah(i) Walhamdulillah"

Hundreds of years passed and the Prophet Nooh A.S. was now on earth. For nine hundred years he proclaimed the oneness of Allah with the words

"La ilaha illallah." (There is none worthy of worship)

The Angels loved this act so much that they added this to the kalimah. Thus, the kalimah now became

"Subhanallah(i) Walhamdulillah(i) Wa La ilaha illallah"

The Angels kept repeating this kalimah day and night. Many centuries passed and the Prophet Ebrahim A.S. (Abraham) was asked by Almighty Allah to sacrifice his beloved son Ismaeel A.S. He was about to slaughter his son and He needed something to give him the courage he needed to do this difficult deed. So he recited

"Allahu Akbar." (Allah is Great)

The Angels loved this act so much that they added "Allahu Akbar" to the kalimah. Thus the kalimah became

"Subhanallah(i) Walhamdulillah(i) Wa La ilaha ilallah(u) Wallahu Akbar."

More centuries passed. It was the night of Meraj, when our Beloved Prophet Muhammed S.A.W. ascended to the Heavens with Gibraeel A.S. There Gibraeel A.S. told Nabee S.A.W. the story and Nabee S.A.W. added the final part of the Kalmah

"Wala Hawla Wa La Quwwata illah Billah Hil
Aleyeel Azeem."

Thus the kalimah now became

"Subhanallah(i) Walhamdulillah(i) Wa La ilaha illallah(u) Wallahu Akbar Wala Hawla Wa La Quwwata illah Billah Hil Aleyeel Azeem"

(There is no Power and Might except from Allah, The Most High, The Great) And up to this day, this kalimah (or declaration of faith) buzzes around the Arsh of Almighy Allah.

Third Kalima is Tumjeed, this is the Kalima(the first part) that is recited 33 times after each Farz Namaaz, and is called tasbih Fatima .

Surah Fatiha- protects one from the anger of Allah.
Surah Yaseen- from the thirst of the Day of Judgement.
Sura Waaqiah- from poverty and starvation
Surah Mulk- from the punishment of the grave
Surah Kausar- from the enmity of the enemy
Surah Kaafiroon- from kufr at the time of death
Surah Ikhlaas- from hypocrisy
Surah ! Falaq- from calamities.
Surah Naas- from Evil thoughts.

Should someone become aware of the above from your message and read any of these surahs, you will also receive the sawaab for passing on the knowledge.

Hazrat Muhammad S.A.W.W (PBUH) says that If a person recites Ayatal Kursi after every Farz Namaz then there will be nothing between him and Heaven except "Death".

There is a Hadith that says 3rd kalima is such a great medicine that it cures every disease and the most minor disease it cures is - Sorrow. (Gham).

Another Hadith says if a person recites surah ikhlaas 10 times in a day then Allah builds a palace for him in the Heaven and the last but not the least ALLAH says spread the knowledge whatever you have; it is the duty of every Muslim. May ALLAH accepts our good deeds.
Aameen (InshahALLAH)

(sadly i dnt knw about its authentncy but wen i read this i loved it... nd i thought it is worth sharing... jazakAllah :))

















Friday, November 9, 2012

Solat Witr

Tatacara Mengerjakan Solat Witr.

Solat Witr 1 rakaat

Rakaat Pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Witir
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Sujud
9) Duduk antara dua sujud
10) Sujud kali kedua
11) Duduk untuk tahiyyat akhir
12) Memberi salam ke kanan dan ke kiri


Solat Witir dengan tiga rakaat. Tatacara perlaksanaannya ada dua :- 
1. Mengerjakan dua rakaat terlebih dahulu dan salam. Setelah itu didirikan satu lagi rakaat secara berasingan dan salam. Dalilnya adalah riwayat daripada Nafi’:

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يُسَلِّمُ بَيْنَ الرَّكْعَةِ وَالرَّكْعَتَيْنِ فِي الْوِتْرِ.
Maksudnya:
Bahawa ‘Abdullah bin ‘Umar mengucapkan salam antara satu rakaat dan dua rakaat dalam solat Witir. – Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab al-Witr, no: 991.

* Tatacara mengerjakannya
Rakaat Pertama
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Witir
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Sujud
9) Duduk antara dua sujud
10) Sujud kali kedua
11) Bangun untuk rakaat kedua

Rakaat Kedua
1) Ulang seperti rakaat pada pertama dari nombor (4) hingga (10)
2) Duduk untuk tahiyyat akhir
3) Memberi salam kanan dan kiri dan bagun untuk mengerjakan rakaat terakhir

Rakaat Ketiga
1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Witir
2) Takbiratul Ihram
3) Doa Iftitah
4) Membaca surah al-Fatihah
5) Membaca Surah al-Qur’an
6) Rukuk
7) Iktidal
8) Sujud
9) Duduk antara dua sujud
10) Sujud kali kedua
11) Duduk untuk tahiyyat akhir
12) Memberi salam ke kanan dan ke kiri
2. Mendirikan tiga rakaat sekaligus dengan hanya satu salam.

مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً.

يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ. ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ.

ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثًا.
Maksudnya:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menambah pada bulan Ramadan dan tidak pula pada bulan-bulan lainnya, melebihi sebelas rakaat; baginda solat empat rakaat, jangan kamu persoalkan akan kebagusan dan panjangnya. Kemudian baginda solat empat rakaat lagi, jangan kamu persoalkan akan kebagusan dan panjangnya. Kemudian baginda solat tiga rakaat (witir). - Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, Kitab at-Tahajjud, no: 1147.

Solat Witir sebanyak tiga rakaat ini berbeza dari Solat Maghrib yang terdapat dua tasyahhud. Tasyahhud solat Witir hanyalah satu yakni pada rakaat yang ketiga. Surah-Surah yang baginda baca untuk solat Witir tiga rakaat adalah Surah al-A’la, Surah al-Kaafiruun dan Surah al-Ikhlash sebagaimana riwayat daripada Ubay bin Ka’ab, dia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْوِتْرِ بِسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى

وَفِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ بِقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَفِي الثَّالِثَةِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

وَلاَ يُسَلِّمُ إِلاَّ فِي آخِرِهِنَّ وَيَقُولُ يَعْنِي بَعْدَ التَّسْلِيمِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلاَثًا

Maksudnya:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca dalam Solat Witir ‘Sabbhisma rabbikal a’laa’ dan pada rakaat kedua membaca ‘Qulyaa ayyuhal kaafiruun’ dan pada rakaat ketiga ‘Qulhuwallahu ahad’ dan baginda tidak mengucapkan salam kecuali pada akhir rakaat dan baginda membaca ‘Subhanal malikul qudduus’ sebanyak tiga setelah memberi salam – Hadis riwayat Imam al-Nasa’i dalam Sunannya, Kitab Qiyaamul Lail wa Tathawwu’un Nahaar, no: 1683.

Tuesday, November 6, 2012

Menyayangi

“Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling menyayangi. Maukan kalian aku tunjukkan atas sesuatu yang mana apabila kalian mengerjakannya niscaya kalian akan saling menyayangi. Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)

Monday, November 5, 2012

Berlindung dengan nama ALLAH


Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ; “ Jika seseorang masuk kedalam rumahnya lalu ia menyebut asma Allah Ta’ala (bismillah) saat ia masuk dan saat ia makan, maka setan berkata kepada teman-temannya, “ tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan malam.” 

Dan jika ia masuk, tanpa menyebut asma Allah Ta’ala saat hendak masuk rumahnya berkatalah syaithan: “ kalian mendap
atkan tempat bermalam, dan apa bila dia tidak menyebut nama Allah ketika hendak makan, maka setan berkata : “ kalian mendapatkan tempat bermalam dan makan malam.” (HR.Bukhari)

Thursday, November 1, 2012

Amnalan Murah Rezeki


1. Menyempatkan diri beribadah
Allah tidak sia-siakan pengabdian diri hamba-Nya, seperti firman-Nya dalam hadis qudsi:

“Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.” (Riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Hurairah .a.)

2. Memperbanyak istighfar
Istighfar adalah rintihan dan pengakuan dosa seorang hamba di depan Allah , yang menjadi sebab Allah jatuh kasih dan kasihan pada hamba-Nya lalu Dia berkenan melapangkan jiwa dan kehidupan si hamba. Sabda Nabi s.a.w.:

“Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah s.w.t akan menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas .a.)

3. Tinggalkan perbuatan dosa
Istighfar tidak laku di sisi Allah jika masih buat dosa. Dosa bukan saja membuat hati resah malah menutup pintu rezeki. Sabda Nabi s.a.w.:

“… dan seorang lelaki akan diharamkan baginya rezeki kerana dosa yang dibuatnya.” (Riwayat at-Tirmizi)

4. Sentiasa ingat Allah
Banyak ingat Allah buatkan hati tenang dan kehidupan terasa lapang. Ini rezeki yang hanya Allah beri kepada orang beriman. Firman-Nya:

“(iaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah . Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenteram.” (Ar-ra’d: 28)

5. Berbakti dan mendoakan ibu bapa
Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Rasulullah s.a.w. berpesan agar siapa yang ingin panjang umur dan ditambahi rezekinya, hendaklah berbakti kepada ibu bapanya dan menyambung tali kekeluargaan. Baginda s.a.w. juga bersabda:

“Siapa berbakti kepada ibu bapanya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah akan memanjangkan umurnya.” (Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani, al-Asybahani dan al-Hakim)

Mendoakan ibu bapa juga menjadi sebab mengalirnya rezeki, berdasarkan sabda Nabi s.a.w.:

“Apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya nescaya terputuslah rezeki (Allah ) daripadanya.” (Riwayat al-Hakim dan ad-Dailami)

6. Berbuat baik dan menolong orang yang lemah
Berbuat baik kepada orang yang lemah ini termasuklah menggembirakan dan meraikan orang tua, orang sakit, anak yatim dan fakir miskin, juga isteri dan anak-anak yang masih kecil. Sabda Nabi s.a.w.:

“Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan kerana orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)

7. Tunaikan hajat orang lain
Menunaikan hajat orang menjadi sebab Allah lapangkan rezeki dalam bentuk tertunainya hajat sendiri, seperti sabda Nabi s.a.w.:

“Siapa yang menunaikan hajat saudaranya maka Allah akan menunaikan hajatnya…” (Riwayat Muslim)

8. Banyak berselawat
Ada hadis yang menganjurkan berselawat jika hajat atau cita-cita tidak tertunai kerana selawat itu dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan, dan kesukaran serta meluaskan rezeki dan menyebabkan terlaksananya semua hajat. Wallahu a’lam.

9. Buat kebajikan banyak-banyak
Ibnu Abbas berkata:

“Sesungguhnya kebajikan itu memberi cahaya kepada hati, kemurahan rezeki, kekuatan jasad dan disayangi oleh makhluk yang lain. Manakala kejahatan pula boleh menggelapkan rupa, menggelapkan hati, melemahkan tubuh, sempit rezeki dan makhluk lain mengutuknya.”

10. Berpagi-pagi
Menurut Rasulullah s.a.w., berpagi-pagi (memulakan aktiviti harian sebaik-baik selesai solat Subuh berjemaah) adalah amalan yang berkat.

11. Menjalin silaturrahim
Nabi s.a.w. bersabda:

“Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dilambatkan ajalnya maka hendaklah dia menghubungi sanak-saudaranya.” (Riwayat Bukhari)

12. Melazimi kekal berwuduk
Seorang Arab desa menemui Rasulullah s.a.w. dan meminta pedoman mengenai beberapa perkara termasuk mahu dimurahkan rezeki oleh Allah . Baginda s.a.w. bersabda:

“Sentiasalah berada dalam keadaan bersih (dari hadas) nescaya Allah akan memurahkan rezeki.” (Diriwayatkan daripada Sayidina Khalid al-Walid)

13. Bersedekah
Sedekah mengundang rahmat Allah dan menjadi sebab Allah buka pintu rezeki. Nabi s.a.w. bersabda kepada Zubair bin al-Awwam:

“Hai Zubair, ketahuilah bahawa kunci rezeki hamba itu ditentang Arasy, yang dikirim oleh Allah azza wajalla kepada setiap hamba sekadar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakkan pemberian kepada orang lain, nescaya Allah membanyakkan baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, nescaya Allah menyedikitkan baginya.” (Riwayat ad-Daruquthni dari Anas .a.)

14. Melazimi solat malam (tahajud)
Ada keterangan bahawa amalan solat tahajjud memudahkan memperoleh rezeki, menjadi sebab seseorang itu dipercayai dan dihormati orang dan doanya dimakbulkan Allah .

15. Melazimi solat Dhuha
Amalan solat Dhuha yang dibuat waktu orang sedang sibuk dengan urusan dunia (aktiviti harian), juga mempunyai rahsia tersendiri. Firman Allah dalam hadis qudsi:

“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya.” (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

16. Bersyukur kepada Allah
Syukur ertinya mengakui segala pemberian dan nikmat dari Allah . Lawannya adalah kufur nikmat. Allah berfirman:

“Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur, nescaya Aku tambahi nikmat-Ku kepadamu, dan demi sesungguhnya jika kamu kufur, sesungguhnya azab-Ku amat keras.” (Ibrahim: 7)

Firman-Nya lagi: “… dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 145)

17. Mengamalkan zikir dan bacaan ayat Quran tertentu
Zikir dari ayat-ayat al-Quran atau asma’ul husna selain menenangkan, menjenihkan dan melunakkan hati, ia mengandungi fadilat khusus untuk keluasan ilmu, terbukanya pintu hidayah, dimudahkan faham agama, diberi kemanisan iman dan dilapangkan rezeki.

Misalnya, dua ayat terakhir surah at-Taubah (ayat 128-129) jika dibaca secara konsisten tujuh kali setiap kali lepas solat, dikatakan boleh menjadi sebab Allah lapangkan kehidupan dan murahkan rezeki.

Salah satu nama Allah , al-Fattah (Maha Membukakan) dikatakan dapat menjadi sebab dibukakan pintu rezeki jika diwiridkan selalu; misalnya dibaca “Ya Allah ya Fattah” berulang-ulang, diiringi doa: “Ya Allah , bukalah hati kami untuk mengenali-Mu, bukalah pintu rahmat dan keampunan-Mu, ya Fattah ya ‘Alim.” Ada juga hadis menyebut, siapa amalkan baca surah al-Waqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kepapaan. Wallahu a’lam.

18. Berdoa
Berdoa menjadikan seorang hamba dekat dengan Allah , penuh bergantung dan mengharap pada rahmat dan pemberian dari-Nya. Dalam al-Quran, Allah suruh kita meminta kepada-Nya, nescaya Dia akan perkenankan.

19. Berikhtiar sehabisnya
Siapa berusaha, dia akan dapat. Ini sunnatullah. Dalam satu hadis sahih dikatakan bahawa Allah berikan dunia kepada orang yang dicintai-Nya dan yang tidak dicintai-Nya, tapi agama hanya Allah beri kepada orang yang dicintai-Nya saja. (Riwayat Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Bagi orang beriman, tentulah dia perlu mencari sebab-sebab yang boleh membawa kepada murah rezeki dalam skop yang luas. Misalnya, hendak tenang dibacanya Quran, hendak dapat anak yang baik dididiknya sejak anak dalam rahim lagi, hendak sihat dijaganya pemakanan dan makan yang baik dan halal, hendak dapat jiran yang baik dia sendiri berusaha jadi baik, hendak rezeki berkat dijauhinya yang haram, dan sebagainya.

20. Bertawakal
Dengan tawakal, seseorang itu akan direzekikan rasa kaya dengan Allah . Firman-Nya:

“Barang siapa bertawakal kepada Allah , nescaya Allah mencukupkan (keperluannya) .” (At-Thalaq: 3)

Nabi s.a.w. bersabda:

“Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab .a.)

Kesemua yang disebut di atas adalah amalan-amalan yang membawa kepada takwa. Dengan takwa, Allah akan beri “jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkan) , dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya.” (At-Talaq: 2-3)

Pendek kata, bagi orang Islam, untuk murah rezeki dalam ertikata yang sebenarnya, kuncinya adalah buat amalan-amalan takwa. Amalan-amalan ini menjadi sebab jatuhnya kasih sayang Allah , lalu Allah limpahi hamba-Nya dengan keluasan rezeki dan rasa kaya dengan pemberian-Nya.



Sumber: http://www.hanan.com.my/

Friday, October 5, 2012

TOGHUT


Tauhid dan Iman



Lanjutan dari:
Hakekat tauhid yang harus dipahami oleh setiap mukmin ialah mengimani dan menyakini bahwa Ilah dan Rob hanya Allah saja, maka setiap mukmin wajib:


4. MENOLAK TOGHUT.
Toghut dari kata "tughyan" yang artinya melampaui batas.
Allah SWT telah menetapkan bahwa batas kebenaran batas kebenaran adalah apa yang datang dari Allah (Dienul Islam). Seperti diterangkan dalam firmanNya:
"Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu." (QS. Al-Baqarah: 147)


Maka kehidupan ini di batasi hanya boleh di atur dengan hukum Allah. Ajaran dan undang-undang hanya boleh dibuat dalam batas sesuai dengan hukum Allah. Maka apabila ada orang yang mengatur hidupnya, keluarganya dan negaranya dengan hukum yang melanggar (melampaui) hukum Allah, dia itu toghut. Semua ajaran/ideology, aturan, undang-undang dan adat istiadat yang bertentangan dengan hukum Allah adalah toghut. Semua toghut wajib di tolak dan diingkari. Hal ini diterangkan oleh Alloh SWT dalam firmanNya:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya Telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka Telah diperintah mengingkari thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisaa': 60)


WUJUD TOGHUT :
1. SETAN DAN IBLIS ADALAH TOKOH TOGHUT YANG BERUSAHA KERAS MENGGODA MANUSIA AGAR MELANGGAR HUKUM ALLAH, seperti yang diterangkan dalam firman-firmanNya sebagai berikut:
"Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS. Al-A'raaf: 16-17)
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. Al-Hijr: 39-40)
"Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak beribadah kepada syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu". (QS. Yaasin: 60)

2. HAWA NAFSU ADALAH PENYERU KEMUNGKARAN MAKA IA TOGHUT, seperti diterangkan dalam firman-firmanNya:
"... dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi: 28)
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jatsiah: 23)

3. TUKANG SIHIR MENGAMALKAN AJARAN SETAN MAKA IA TOGHUT, seperti diterangkan dalam firmanNya:
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (Tidak mengerjakan sihir), Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia..." (QS. Al-Baqarah: 102)

4. DUKUN YANG MENGAKU TAHU BARANG YANG GHAIB, DAN MENGOBATI DENGAN CARA SYIRIK MAKA DIA TOGHUT, seperti diterangkan dalam firmanNya:
"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia sendiri, dan dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al-An'am: 59)

Dan ditegaskan oleh Rasululloh saw dalam sabda beliau: "Barangsiapa yang mendatangi peramal dan dukun dan dia membenarkan ucapannya, maka dia telah mengkafiri apa yang diturunkan kepada Muhammad." (HR. Ahmad dan Hakim)

5. PENGUASA NEGARA YANG MENGATUR NEGARA YANG DIKUASAINYA DENGAN SELAIN HUKUM ALLAH. HAKIM DAN JAKSA DI NEGARA-NEGARA KAFIR YANG MENGADILI DENGAN SELAIN HUKUM ALLAH MAKA MEREKA INI TOGHUT KARENA MELAMPAUI HUKUM ALLOH, seperti diterangkan dalam firmanNya:
"...Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maa'idah: 44)

Maka semua penguasa Negara dan semua hakim/jaksa yang mengelola negara kafir (bukan Negara Islam) dan semua tentara dan polisi yang menjaga keamanan negara dan hukum toghut adalah toghut apapun namanya.

6. ORANG ATAU BADAN (MPR/DPR) PEMBUAT UNDANG-UNDANG YANG TIDAK BERDASAR AL QUR'AN DAN SUNNAH SEHINGGA BERTENTANGAN DENGAN HUKUM ALLAH. MEREKA INI TOGHUT KARENA MENANDINGI HAK MUTLAQNYA ALLOH MENETAPKAN HUKUM. Sebagaimana diterangkan dalam firmanNya:
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. At-Taubah: 31)

Maka pimpinan dan anggota DPR dan MPR di negara-negara demokrasi adalah toghut bahkan rob selain Allah. Maka mereka dan orang-orang yang memilihnya terjerumus kedalam kemusyrikan (na'udlubillah min dzalik).

7. SEMUA PERATURAN, UNDANG-UNDANG, ADAT ISTIADAT YANG BERTENTANGAN DENGAN HUKUM ALLAH ADALAH TOGHUT KARENA MEMBUANG HUKUM ALLOH, seperti diterangkan dalam firmanNya:
"... mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka Telah diperintah mengingkari thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisaa': 60)

Yang dimaksud toghut dalam ayat ini adalah penguasa/hakim dan undang-undang/hukum dalam negara kafir.

8. ORANG YANG DICINTAI KARENA DZATNYA DAN ATAU DITAATI KARENA DZATNYA (DIKULTUSKAN) DAN DIA RELA ADALAH TOGHUT KARENA DICINTAI KARENA DZATNYA ADALAH HAK KHUSUSNYA ALLAH TIDAK BOLEH DITANDINGI. MANUSIA HANYA BOLEH DICINTAI DAN DITAATI KARENA IZIN ALLAH.

9. SEMUA DIEN/AJARAN, IDEOLOGY CIPTAAN MANUSIA DAN PENCIPTANYA SEPERTI NASIONALISME, LIBERALISM, SOSIALIS, PANCASILA DAN LAIN-LAIN UNTUK DASAR MENGATUR KEHIDUPAN ADALAH TOGHUT KARENA MENANDINGI HUKUM ALLOH YANG MERUPAKAN SATU-SATUNYA HUKUM YANG BENAR UNTUK DASAR MENGATUR KEHIDUPAN, seperti diterangkan dalam firman-firmanNya sebagai berikut:
"Maka apakah mereka mencari Dien yang lain dari Dien Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan." (QS. Ali-Imran: 83)
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?" (QS. Al-Maa'idah: 50)

10. SEMUA NEGARA, ORMAS, ORPOL YANG TIDAK BERDASAR DAN TIDAK DIATUR DENGAN HUKUM ISLAM 100% ADALAH TOGHUT KARENA MELANGGAR BATAS-BATAS HUKUM ISLAM BAHKAN MEMBUANGNYA BAIK SEBAGIANNYA ATAU KESELURUHANNYA, seperti diterangkan dalam firman-firmanNya sebagai berikut:
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" (QS. Al-Baqarah: 208)
"... Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al-Maa'idah: 44)



https://www.facebook.com/photo.php?fbid=495185580500057&set=a.223873124297972.64675.100000258576936&type=1&ref=nf

Thursday, October 4, 2012

Kelazatan Sementara




Hidup di dunia ini tidaklah selamanya. Akan datang masanya kita berpisah dengan dunia beserta isinya. Perpisahan itu terjadi saat datangnya kematian, tidak ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Karena Allah telah berfirman: 
“Setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati, dan Kami menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan sebagai satu fitnah (ujian), dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

Firman Allah subhanahu wa ta’ala lainnya :

“Di mana saja kalian berada, kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (An-Nisa`: 78)

Dan jika sa’atnya tiba, kematian akan mendatangi siapapun, dimanapun dan kapanpun, tidak memandang pejabat rakyat, kaya miskin, besar kecil, tua muda, orang yang shaleh ataupun yang salah. Karena semua yang didunia ini tidaklah kekal abadi.

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. (Ar-Rahman: 26)

Dengan mengingat mati akan melembutkan hati dan melemahkan kecintaan kita terhadap dunia. Karenanya, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam menasihatkan agar kita banyak mengingatnya. Beliau bersabda dalam hadits yang disampaikan lewat shahabatnya Abu Hurairah radhiAllahu anhu.


"Perbanyaklah mengingat sesuatu yang dapat menghancurkan kenikmatan (kelezatan), yaitu kematian."(HR. Ibnu majah :4258)


Antara amalan syurga


Dari Abu Hurairah radhiAllahu anhu berkata, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda,

“Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. bersabda, “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. bertanya, “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. bertanya kembali, “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah sallallahu alaihi wasallam. bersabda, “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari)

Sunday, September 30, 2012

Pada peristiwa Tabuk



ketika Rasulullah sallallahu alahi wa sallam, menyerukan agar para shahabat menginfaqkan hartanya dijalan Allah, Abu Bakar radiAllahu anhu. menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya. 
Rasulullah sallallahu alahi wa sallam heran lalu bertanya," Lalu apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?" Ia menjawab," Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya."

Sikap seperti ini sudah biasa dalam kehidupan para shahabat. Maka terhadap keluhuran budi Abu Bakar ini, Allah Subhanahu wa ta'ala mengujinya dalam Al-Qur'an:

"Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Rabbnya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan (kesenangan di akherat). (QS. Al-Lail: 17-21)

Sunday, September 16, 2012

Al-Quran Al-Karim Adalah Mukjizat




Daripada Saidina Ali r.a :
Katanya: Ingatlah! Aku telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: ” Awaslah! Sesungguhnya akn berlaku kekacauan dan bala bencana yang besar”. Aku bertanya: ” Apakah caranya untuk menyelamatkan diri dari bencana itu, Ya Rasulullah?” Baginda menjawab: ” (Caranya ialah berpegang teguh kepada ajaran) kitab Allah, ia mengandungi kisah-kisah perihal umat-umat yang terdahulu dari kamu, dan berita perkara-perkara yang akan datang sesudah kamu, serta hukum-hukum mengenai apa yang berlaku di antara kamu; (kitab Allah al-Quran) dialah yang menjadi pemutus (antara yang benar dengan yang salah), bukan keterangan yang olok-olok; sesiapa jua dari golongan yang sombong angkuh, meninggalkannya (dengan tidak menurut hukumnya): akan dibinasakan oleh Allah, dan sesiapa yang mencari pertunjuk dari yang lainnya – akan disesatkan oleh Allah; al-Quran ialah tali Allah yang teguh kukuh, dan dialah pengajaran yang menjadi ikutan, dan dialah juga As-Siratul Mustaqim (jalan yang lurus). Dialah kitab yang dengan sebab berpegang teguh kepada ajarannya, hawa nafsu seseorang tidak akan menyeleweng atau terpesong; dan dialah kitab yang kalimah-kalimahnya tidak akan bercampur aduk atau berkesamaran dengan kata-kata makhluk; dan alim ulama pula tidak merasa puas daripada mengkaji isi kandungannya; (demikian juga) keindahan, kemanisan dan kelazatan membacanya tidak akan susut atau hilang, meskipun ia dibaca dengan berulang-ulang; dan kandungannya yang menakjubkan, tidak berkesudahan. Dialah kitab yang menjadikan sekumpulan jin semasa mendengarnya tidak tertahan hati menerimanya sehingga mereka memujinya dengan berkata: “Sesungguhnya kami mendengar bacaan al-Quran yang menakjubkan, yang memimpin ke jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya.” (Demikian juga) sesiapa yang memperkatakannya; dan sesiapa yang beramal dengan ajarannya, diberikan pahala; dan sesiapa yang membuat keputusan berdasarkan hukum-hukumnya, adillah keputusannya; dan sesiapa yang berdakwah supaya orang ramai menurut ajaran-ajarannya, sudah tentu ia (dan mereka) beroleh hidayah pertunjuk ke jalan yang lurus.”
(Saidina Ali r.a)
Firman Allah Ta’ala Yang Bermaksud:
“Sesungguhnya orang yang beriman itu ialah orang yang apabila disebutkan Allah akan gementar hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya (ayat-ayat Allah) akan bertambahlah iman mereka, dan kepada Rab (Tuhan) mereka bertawakal.” ( Surah an-Anfal : Ayat 2 )

Friday, September 7, 2012

SOLAT TAUBAT



Apabila seseorang itu telah melakukan kesalahan ataupun dosa-dosa maka hendaklah dia segera memohon keampunan, bertaubat dan kembali kepada jalan yang diredhai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini telah diperintah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ



وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ



نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ



Maksudnya:

Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan " Taubat Nasuha", mudah-Mudahan Tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan kamu dan memasukkan kamu ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, pada hari Allah tidak akan menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengannya; cahaya (iman dan amal soleh) mereka, bergerak cepat di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka (semasa mereka berjalan); mereka berkata (ketika orang-orang munafik meraba-raba dalam gelap-gelita): "Wahai Tuhan kami! Sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan limpahkanlah keampunan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu". - Al-Tahriim [66] : 8



Di antara perkara yang disyaria’tkan bagi mereka yang ingin bertaubat adalah mengerjakan solat Taubat.





v DALIL DISYARI’ATKAN SOLAT TAUBAT



Solat Taubat ini dikerjakan sebanyak dua rakaat dan ianya disandarkan kepada hadis daripada ‘Ali radhiallahu’ anh, dia berkata:



وَإِنَّهُ حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ وَصَدَقَ أَبُو بَكْرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ



يَقُولُ: مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَطَهَّرُ ثُمَّ يُصَلِّي ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ لَهُ



ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ إِلَى آخِرِ الْآيَةِ.

Maksudnya:

Abu Bakar telah menceritakan kepadaku (sesuatu hadis) dan Abu Bakar radhiallahu’ anh adalah seorang yang benar (al-Shiddiq), dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Tidak seorang hamba pun yang telah mengerjakan sesuatu dosa, lalu dia mengambil wuduk dengan sempurna, kemudian dia mendirikan solat dua rakaat, setelah itu (menyelesaikan solat tersebut) dia memohon ampun kepada Allah (atas dosanya tersebut), maka Allah akan mengampunkan dosanya. Kemudian baginda membaca ayat:



وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ



وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ



Maksudnya:

Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah, dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya) (Aali Imran (3) : 135). - Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab Tafsir al-Qur’an, no: 2932.





v WAKTU PERLAKSANAANNYA



Solat Taubat ini sebaik-baiknya dikerjakan sesegera mungkin setelah seseorang itu melakukan apa jua jenis dosa dan ingin bertaubat darinya. Ianya boleh dilaksanakan walaupun pada waktu-waktu yang diharamkan solat. Menurut Syaikh al-Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah di dalam Majmu’ al-Fatawa (jilid 23, ms. 215):



Seorang Muslim boleh sahaja mengerjakan solat Taubat pada waktu terlarang sebab taubat harus segera dilaksanakan setelah seseorang terjerumus ke dalam dosa, sementara untuk mengerjakan solat dua rakaatnya adalah hal yang disunnahkan. – rujuk Sholaatul Mu’min karya Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahtani, ms. 317-318.





v RINGKASAN TATACARA MENGERJAKAN SOLAT TAUBAT


Rakaat Pertama

1) Berniat di dalam hati untuk mengerjakan solat Taubat

2) Takbiratul Ihram

3) Doa Iftitah

4) Membaca surah al-Fatihah

5) Membaca Surah al-Qur’an

6) Rukuk

7) Iktidal

8) Sujud

9) Duduk antara dua sujud

10) Sujud kali kedua

11) Bangun untuk rakaat kedua



Rakaat Kedua

1) Ulang seperti rakaat pada pertama dari nombor (4) hingga (10)

2) Duduk untuk tahiyyat akhir

3) Memberi salam ke kanan dan ke kiri

Thursday, September 6, 2012

Jodoh



Lafadz “jodoh” adalah kata yang dipakai dalam bahasa Indonesia untuk menunjuk makna tertentu. Lafadz ini berbeda dengan lafadz suami, istri, pasangan hidup atau yang semisal dengannya. Lafadz jodoh menurut kamus bahasa Indonesia adalah “pasangan yang cocok baik bagi laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu lafadz jodoh memiliki makna yang lebih spesifik dari lafadz suami, istri, atau pasangan hidup, sebab di sana terdapat penjelasan sifat lebih khusus dari sekedar pasangan hidup. Dalam bahasa Arab, kata yang bermakna “jodoh” seperti yang terdapat dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan. Para Fuqaha’ ketika membahas hukum pernikahan hanya menyebut istilah ( زَوْجٌ ) atau( بَعْلٌ ) untuk suami, dan ( زَوْجَةٌ ) atau ( امْرَأَةٌ ) untuk istri, yakni istilah-istilah yang berkonotasi “netral” tanpa ada penekanan sifat tertentu sebagaimana kata suami, istri, atau pasangan hidup dalam bahasa Indonesia.

Adapun makna jodoh yang menjadi topik diskusi di sini adalah “orang atau individu tertentu yang akan menjadi pasangan hidup kita”, dengan titik diskusi: Apakah Allah telah menentukan dalam Lauhul Mahfudz, sebelum manusia dilahirkan bahwa ia akan dipasangkan dengan individu tertentu ataukah tidak? Artinya apakah Allah sudah mentakdirkan dalam Azal bahwa A akan dipasangkan dengan B, C dipasangkan dengan D, ataukah tidak?
Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu harus dilakukan studi yang mendalam terhadap nash-nash yang terkait dengan topik tersebut berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah atau dalil yang ditunjuk keduanya seraya mengesampingkan semua dasar yang tidak terkait dengan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah baik ia berupa adat, tradisi, pameo, peribahasa, dsb.

Hanya saja, pembahasan tentang jodoh termasuk perkara Qadha’ atau bukan tidak boleh dicampur adukkan dengan pembahasan keimanan bahwa Allah adalah ( اْلمُدَبِّرُ ) (Maha Pengatur). Sebab, pembahasan “jodoh termasuk perkara Qadha’ atau bukan” adalah satu hal, sementara pembahasan tentang keimanan bahwa Allah bersifat ( اْلمُدَبِّرُ ) adalah hal yang lain. Masing-masing adalah topik tersendiri yang harus dibahas berdasarkan nash-nash yang terkait dengan topik itu. Mencampur adukkan dua topik pembahasan ini adalah langkah keliru karena bertentangan dengan fakta pembahasan, sebagaimana bisa berakibat kekacauan terhadap pemahaman. Dengan demikian dua macam pembahasan itu harus dipisahkan.

Tinjauan sekilas terhadap persoalan jodoh menunjukkan bahwa persoalan ini adalah termasuk masalah aqidah, sebab kepercayaan bahwa Allah mentakdirkan A berpasangan dengan B, C berpasangan dengan D, atau Allah tidak mentakdirkan itu adalah jenis keyakinan, bukan amal. Efek pembahasan yang paling akhir adalah membentuk keyakinan tertentu seputar persoalan tersebut, bukan membahas apa yang harus dikerjakan oleh seorang mukallaf. Dengan demikian masalah jodoh adalah masalah aqidah, bukan syariat dan dalam masalah ini pambahasan tersebut tidak ada bedanya dengan pembahasan tentang rezeki, ajal, Dajjal, siksa kubur, dsb.

Dalam persoalan aqidah, seorang Muslim harus mendasarkan semua kepercayaannya atas dalil yang shohih. Tidak diperkenankan seorang Muslim memiliki keyakinan tanpa ada dalil., yakni sekedar menduga-duga atau mengikuti umumnya kata orang. Dalil itupun harus bersifat ( قَطْعِيٌّ ) (pasti), tidak boleh bersifat ( ظَنِّيٌّ ) (dugaan). Meskipun ada Qorinah (indikasi) yang menunjukkan pada keyakinan tertentu, selama dalil itu bersifat ( ظَنِّيٌّ ) tidak boleh seorang Muslim mengambilnya sebagai aqidah. Allah telah mencela keras orang-orang kafir yang memiliki keyakinan bahwa para Malaikat itu berjenis kelamin wanita:
Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan Malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.”(An-Najm;27-2
artinya orang-orang kafir itu punya keyakinan bahwa Malaikat berjenis kelamin wanita tetapi mereka tidak memiliki bukti (dalil) atau argumentasi untuk menguatkan keyakinannya.
Keyakinan mereka hanya didasarkan pada dugaan ( ظَنٌّ ), padahal dzon itu sama sekali tidak ada nilainya untuk membuktikan ( الْحَقُّ )
Dari sini bisa difahami, bahwa langkah yang harus dilakukan untuk menjawab persoalan jodoh adalah mencari dalil yang menunjukkan bahwa Allah telah menetapkan pasangan hidup manusia sebelum mereka diciptakan. Dalil itupun harus bersifat ( قَطْعِيٌّ ) baik ( قَطْعِيُّ الثُّبُوْتِ ) (pasti sumbernya) maupun ( قَطْعِيُّ الدَّلاَلَةِ ) (pasti penunjukan maknanya).

Setelah dilakukan kajian terhadap persoalan ini, nyatalah bahwa tidak ada nash baik dalam al-Qur’an mapun as-Sunnah, juga Ijma’ sahabat dan Qiyas yang menunjukkan bahwa Allah menetapkan calon pasangan seseorang. Bahkan nash-nash yang ada menunjukkan bahwa persoalan ini adalah masalah mu’amalah biasa yang berada dalam area yang dikuasai manusia. Artinya persoalan menentukan pasangan hidup adalah hal yang bersifat pilihan, yang manusia bertanggung jawab di dalamnya dan dihisab atasnya. Dalil yang menunjukkan bahwa menentukan pasangan hidup adalah pilihan manusia adalah:
Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat (An-Nisa;4).

Lafadz ( فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ ) begitu jelas menunjukkan bahwa setiap Muslim dipersilahkan memilih calon istrinya. Alasannya, ketika Allah memubahkan untuk menikahi wanita-wanita yang ( طَابَ ) (manis, enak, lezat, menyenangkan) bagi mereka, dan tidak mencela lelaki yang tidak mau menikahi wanita karena merasa kurang mantap, baik karena fisik maupun sifatnya, ini semua menunjukkan bahwa persoalan ini adalah persoalan pilihan ( اخْتِيَارِيٌّ ) bukan Qadha’.

Dalil lain yang mendukung adalah kenyataan bahwa syara’ memberikan hak menentukan calon suami sebagai hak penuh kaum wanita, yang tidak boleh ada intervensi dari siapapun meski itu ayah, ibu, paman, musyrif, atau khalifah sekalipun.
عن بن بريدة عن أبيه قال جاءت فتاة إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالت ثم إن أبي زوجني بن أخيه ليرفع بي خسيسته قال فجعل الأمر إليها فقالت قد أجزت ما صنع أبي ولكن أردت أن تعلم النساء أن ليس إلى الآباء من الأمر شيء. (رواه ابن ماجه)

Dari Ibnu Buraidah dari ayahnya dia berkata: Seorang gadis datang kepada Nabi Saw. Kemudian ia berkata: Sesungguhnya ayahku menikahkan aku dengan putra saudaranya untuk mengangkat derajatnya melalui aku. Maka Nabi pun menyerahkan keputusan itu pada gadis tersebut. Maka gadis itu berkata: Aku telah mengizinkan apa yang dilakukan ayahku, akan tetapi aku hanya ingin agar para wanita tahu bahwa para ayah tidak punya hak dalam urusan ini. (H.R.Ibnu Majah dan An-Nasa’i)

Dalam hadis di atas, Nabi memberi kebebasan penuh pada gadis tersebut untuk memutuskan apakah melanjutkan pernikahannya ataukah membatalkannya. Ini menunjukkan bahwa menentukan calon suami adalah hak penuh bagi wanita dan merupakan pilihan dia semata-mata.
Dalil lain yang mendukung adalah adanya syari’at talak. Talak adalah pembubaran akad nikah. Syari’at talak memungkinkan seseorang yang menjadi pasangan hidup orang lain untuk berpisah pada satu waktu tertentu dengan sebab-sebab tertentu. Karena itu mustahil dikatakan bahwa seseorang sudah dipasangkan dengan orang tertentu jika ternyata syara’ memberikan suatu mekanisme untuk membubarkan akad nikah.

Lebih dari itu studi terhadap akad-akad yang diatur dalam syari’at Islam menunjukkan bahwa semua akad yang disana terdapat Ijab dan Qabul adalah mu’amalah yang berada dalam area yang dikuasai manusia. Dengan demikian jual-beli, Ijarah, Wakalah, Syirkah, dan semisalnya adalah termasuk perkara mu’amalah yang berada dalam area yang dikuasai manusia. Manusia akan dimintai pertanggung jawaban dalam aktivitas itu. Jika ia melakukan jual-beli, Ijarah, Wakalah, dan Syirkah, dengan cara yang syar’i maka ia bebas dari hukuman, tetapi jika ia melakukannya dengan cara batil maka ia akan dijatuhi hukuman. Demikian pula masalah menentukan pasangan hidup. Jika seorang wanita Muslimah memutuskan menikah dengan orang kafir maka ia akan dihukum, sebaliknya jika ia menikah dengan lelaki yang dihalalkan syara’ maka ia bebas dari hukuman.

Adapun ayat yang berbunyi
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri (Ar-Rum; 21)
Dan Kami menciptakan kalian berpasang-pasangan” (An-Naba’:
juga termasuk ayat-ayat yang semisal dengannya, maka ayat ini sama sekali tidak terkait dengan masalah jodoh, dan tidak ada Qorinah apapun yang menunjukkan bahwa Allah menetapkan A menikah dengan B, C menikah dengan D, baik secara ( صَرَاحَةٌ ) (jelas) maupun ( دَلاَلَةٌ ) (penunjukan makna). Tidak hanya itu, secara Manthuq dan Mahfum ayat ini tidak bisa difahami sebagai ayat jodoh, sebab Sighot (redaksional) ayat serta ( مَوْضُوْعٌ ) (topik pembahasan) memang tidak menunjuk ke arah sana. Maksud dari diciptakannya manusia berpasang-pasangan tidak lain adalah bahwa manusia terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan yang dengannya Allah memperkembangbiakkan spesies manusia di muka bumi, bukan ditetapkannya bahwa A akan menikah dengan B atau C akan menikah dengan D.
Adapun ayat yang berbunyi Khobitsat adalah untuk Khobitsun, dan Khobitsun adalah buat Khobitsat (pula), dan Thoyyibat adalah untuk Thoyyibun dan Thoyyibun adalah untuk Thoyyibat (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga) (An-Nur; 26)
maka ayat ini juga bukan ayat jodoh. Sebab As-babun Nuzul dari ayat ini adalah terkait dengan (حَدِيْثُ اْلإِفْكِ ) yakni peristiwa tuduhan atas Aisyah yang diisukan berbuat serong dengan seorang sahabat yang bernama Shofwan bin Mu’ath-thol. Karena itulah para mufassirin ketika menafsirkan ayat ini, mereka menukil penafsiran Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa yang dimaksud ( الْخَبِيْثَات ) dalam ayat ini adalah ucapan-ucapan yang buruk. Artinya ucapan-ucapan yang buruk (diantaranya adalah memfitnah wanita baik-baik berbuat zina) hanya akan muncul dari orang-orang yang buruk, yakni orang-orang munafik atau orang-orang yang hatinya ada penyakit. Bukannya orang shalih pasti akan menikah dengan wanita shalih dan lelaki shalih akan menikah dengan wanita shalihah. Karena itu wajar jika diceritakan dalam al-Qur’an bahwa Nabi Luth a.s beristri wanita yang tidak shalihah sebagaimana istri Fir’aun yang shalihah bersuami Fir’aun yang kafir. Hal ini dikarenakan urusan pernikahan adalah mu’amalah biasa bukan sesuatu yang telah ditetapkan sebagai mana rizki dan ajal. Jadi ayat ini tidak sah digunakan sebagai dalil bahwa persoalan jodoh adalah sesuatu yang ditakdirkan, atau Allah telah menentukan “kaidah umum” dalam pengaturan jodoh seseorang.
Dari sini bisa difahami, bahwa jodoh bukanlah perkara yang sudah ditetapkan di Lauhul Mahfudz, tetapi ia adalah mu’amalah biasa sebagaimana mu’amalah yang lain, yang berada di area yang dikuasai manusia dan manusia dihisab atasnya.

Namun pemahaman bahwa jodoh adalah sesuatu yang berada dalam area yang dikuasai manusia bukan berarti pengingkaran bahwa Allah adalah ( اْلمُدَبِّرُ ) yang bersifat Maha Mengatur dan ( الْحَاكِمُ ) yang Maha Memutuskan. Setiap Mukmin ketika melaksanakan suatu aktivitas dalam area yang dikuasainya kemudian ternyata apa yang terjadi di luar harapannya dan di luar dugaannya, maka ia harus ridlo terhadap hal itu dan mengimani bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Mengatur.
Sebagai contoh: Seorang Muslim hendak naik haji dan sudah menyiapkan semua biaya dan bekal kemudian secara tiba-tiba Allah memberinya sakit. Pada kondisi ini, harus difahami bahwa melaksanakan ibadah haji adalah wilayah yang dikuasai manusia, tetapi pemahaman ini harus disertai keyakinan bahwa Allah bersifat ( اْلمُدَبِّرُ ). Dengan demikian ia menjadi ridho terhadap segala apa yang menimpanya, karena semua itu berada diluar kuat kuasanya.

Demikian pula dalam persoalan pasangan hidup. Memilih siapapun yang akan menjadi pasangan hidup semuanya adalah perkara (اخْتِيَارِيٌّ), akan tetapi terkait dengan kesepakatan, ini adalah masalah lain. Seorang dalam memutuskan sesuatu boleh jadi Allah mencondongkan pada suatu keputusan tertentu, boleh jadi membiarkannya. Sebab Allah adalah Dzat yang kuasa membolak-balikkan hati manusia. Namun ketika Allah mencondongkan pada suatu keputusan, bukan berarti Allah memasangkan X dengan Y atau P dengan Q sejak zaman Azali, alasannya orang masih punya pilihan mutlak untuk memutuskan hatta terhadap sesuatu yang berlawanan sama sekali dengan kehendaknya. Karena itu keimanan yang harus dimiliki adalah keimanan bahwa Allah bersifat ( اْلمُدَبِّرُ ) secara mutlak, baik pada area yang dikuasai manusia maupun yang tidak dikuasai manusia, bukan keimanan bahwa Allah telah menetapkan dalam Lauhul Mahfudz bahwa A dipasangkan dengan B atau C dipasangkan dengan D.
Atas dasar ini semua pemahaman yang belum sesuai dengan nash-nash syara’ sesegera mungkin harus dikoreksi. Tidak boleh menjadikan alasan kemaslahatan misalnya: “cara ini cukup efektif untuk menghentikan orang dari pacaran” untuk mengadopsi pemahaman yang keliru tentang jodoh. Alasannya hal ini adalah persoalan hukum syara’ bukan persoalan uslub dakwah yang masih mungkin dipilih uslub yang paling tepat.



Wednesday, August 29, 2012

Sabar kecantikan rohani


Nikmat ketenangan hidup jika berjaya kawal nafsu amarah

Boleh dikatakan setiap manusia berkeinginan supaya kelihatan cantik dan tampan. Kebiasaannya untuk mencantikkan diri, mereka menggunakan alat kecantikan. Cukupkah kecantikan dan ketampanan luaran (jasmani) saja tanpa dihiasi kecantikan dalaman (rohani)? Aspek penampilan luaran tidak memadai jika tidak dihiasi kecantikan dalaman. Malah, Allah SWT tidak mengambil kira aspek penampilan luaran dalam menilai sama ada seseorang itu baik atau sebaliknya. 
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras (penampilan) dan harta benda kamu, tetapi (Dia) melihat kepada hati dan amalan kamu”
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras (penampilan) dan harta benda kamu, tetapi (Dia) melihat kepada hati dan amalan kamu.” (Riwayat Muslim dan Ibn Majah) 

Jelas di sini seseorang manusia itu lebih kelihatan cantik dan tampan jika penampilannya dihiasi kecantikan dalaman (akhlak). Terdapat pelbagai jenis kecantikan dalaman dan salah satu daripadanya adalah menghiasi diri dengan sifat bersabar. 

Sabar adalah suatu mujahadah mendidik nafsu yang berada dalam diri seseorang. Apabila nafsu berjaya dididik dan sifat sabar berkembang dalam diri, maka dia akan mendapat nikmat ketenangan daripada Allah SWT. Apabila diri tenang, setiap perkara dilakukan kelihatan cantik dan tersusun. 

Kesabaran diterima Allah SWT adalah sabar setelah mendapat sesuatu ujian. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW: “Sesiapa yang reda di atas kematian tiga orang anaknya, baginya satu benteng yang kukuh daripada api neraka. Bertanya Abu Zar: Ya Rasulullah, aku telah reda di atas kematian dua orang anakku. Jawab Nabi SAW: Ya, walaupun dua orang. Selepas itu, bertanya pula seorang sahabat bernama Ubai bin Ka’ab: Ya Rasulullah, aku telah reda di atas kematian seorang anakku. Jawab Rasulullah SAW: Ya, walaupun seorang, tetapi dengan syarat ganjaran itu akan diperoleh mereka yang sabar ketika mula-mula ditimpa musibah.” (Riwayat al-Tirmizi) 
Selain itu, kisah sabar ini boleh dilihat daripada kisah Ummu Salamah yang diuji dengan kematian anaknya. Dia reda dan hanya mengharapkan ganjaran Allah SWT semata-mata dengan pemergian anaknya itu.

Kesabaran itu juga membolehkan Ummu Salamah tenang menyiapkan segala persiapan untuk persemadian anaknya. Dimandikan, dikafankan dan ditempatkan di pembaringan. Setelah suaminya pulang dan bertanya mengenai anaknya, dia hanya menjawab dengan tenang anaknya baik-baik saja dan melayan suaminya dengan baik.

Setelah itu, dengan penuh hikmah dia menceritakan kisah sebenar tentang kematian anaknya itu. Hasil daripada kesabaran yang ditanggung oleh Ummu Salamah dan suaminya itu, mereka dikurniakan anak-anak yang ramai. Semuanya menjadi orang yang alim. 

Seseorang yang tidak sabar, sikap itu akan mudah terserlah terutama ketika menghadapi saat-saat sukar. Misalnya, ketika berada dalam kesesakan jalan raya, seseorang itu sering marah dan mencaci pemandu lain.

Tidak kurang juga yang mudah melenting apabila dirinya ditegur. Dia akan memarahi kembali orang yang menegurnya itu. 

Seseorang itu akan kelihatan lebih cantik dan tampan jika sifat sabar ini tumbuh subur dalam diri. Ia bukan saja menyerlahkan kecantikan dan ketampanan, malah mendapat rahmat serta kasih sayang daripada Allah SWT. Oleh itu, bersabarlah apabila diri dikhianati, disakiti dan dimarahi.


BHarian
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...